Wall Street Ditutup Melemah, Imbas Data Pengangguran AS Meningkat

Wall Street Ditutup Melemah, Imbas Data Pengangguran AS Meningkat

Indeks saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup menurun pada penutupan perdagangan, Jumat (8/3). Hal itu terbebani oleh melemahnya saham semikonduktor dan laporan pasar tenaga kerja di AS yang menunjukkan meningkatnya tingkat pengangguran.

Mengutip Reuters, Senin (11/3), Dow Jones Industrial Average, turun 68,66 poin, atau 0,18 persen menjadi 38.722,69, S&P 500 kehilangan 33,67 poin, atau 0,65 persen menjadi 5.123,69 dan Nasdaq Composite kehilangan 188,26 poin, atau 1,16 persen menjadi 16.085,11.

Indeks Semikonduktor Philadelphia (.SOX), berkinerja sangat buruk dan berakhir dengan turun 4 persen setelah menyentuh rekor tertinggi. Bahkan saham Nvidia (NVDA.O) turun 5,6 persen.

Dalam indeks chip, Broadcom (AVGO.O) merosot 7 persen setelah perkiraan kinerja setahun penuh gagal mengesankan investor. Marvell Technology (MRVL.O) anjlok 11.4 persen setelah memperkirakan hasil kuartal I di bawah ekspektasi pasar karena penurunan kinerja.

Penurunan terbesar di antara 11 sektor utama S&P 500 adalah teknologi (.SPLRCT) berakhir turun 1,8 persen diikuti oleh bahan pokok konsumen (.SPLRCS) turun 0,8 persen dengan hambatan besar dari Costco, anjlok 7,6 persen karena penjualan kuartalan jauh dari perkiraan karena lemahnya permintaan untuk barang margin tinggi.

Sementara kenaikan terbesar adalah real estate (.SPLRCR), ditutup naik 1,1 persen diikuti oleh energi (.SPNY), yang bertambah 0,4 persen. Selain itu, Gap (GPS.N) sahamnya berakhir naik 8,2 persen setelah mengalahkan ekspektasi Wall Street untuk hasil kuartal keempat.

Saham dibuka naik setelah data pertumbuhan lapangan kerja AS meningkat pada Februari, dengan nonfarm payrolls meningkat sebesar 275.000 pekerjaan dibandingkan perkiraan kenaikan sebesar 200.000. Angka pekerjaan Januari direvisi lebih rendah.

Selain itu, tingkat pengangguran naik menjadi 3,9 persen di Februari setelah bertahan di 3,7 persen selama tiga bulan berturut-turut, sementara pertumbuhan upah melambat menjadi 0,1 persen secara bulanan.

Data Februari minggu depan termasuk harga konsumen (CPI) dan penjualan ritel akan memberikan lebih banyak isyarat mengenai prospek potensi penurunan suku bunga.

Pada Kamis, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bank sentral “tidak jauh” dari mendapatkan kepercayaan bahwa inflasi sudah cukup turun untuk mulai menurunkan suku bunga.

“Masyarakat mungkin akan mengambil keuntungan dari hal ini. Kita telah mencatatkan kinerja yang baik. Beberapa perusahaan teknologi telah naik sedikit,” kata Ahli Strategi Investasi Senior di Allianz Investment Management, Charlie Ripley.

 


Eksplorasi konten lain dari JURNAL KOTA - Komite Pewarta Independen (KoPI)

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan