Cinta Laura Ajak Masyarakat Melek Lingkungan

JurnalJota – AREA car free day di sekitar Monas hingga Bundaran Hotel Indonesia, Minggu (17/9), jadi arena bersih-bersih. Cinta Laura Kiehl ikut dalam kerumunan orang yang melakukan aksi bersih-bersih dalam acara World Clean Up Day.

World Cleanup Day merupakan aksi bersih-bersih yang dilaksanakan serentak dalam satu hari, dan sampai saat ini terhitung bersama dengan kurang lebih 193 negara di dunia. World Cleanup Day Indonesia diperkenalkan oleh Let’s Do It Indonesia (Yayasan Lestari Dari Indonesia) yang merupakan organisasi di bawah naungan Let’s Do It World Movement pada 2014, tepat setelah Let’s Do It Asia Conference di Cebu, Filipina.

“Indonesia merupakan salah satu negara dengan komunitas World Clean Up Day terbanyak terbesar di dunia,” kata Cinta Laura pada sesi talkshow di Bundaran HI. Tidak hanya Cinta Laura yang datang pada acara ini, Andy Bahari, yang kerap di panggil Kak Abe, selaku leader dari World Clean Up Day Indonesia ikut meramaikan aktivitas ini.

Kak Abe mengatakan butuh waktu untuk mengajarkan orang memilah sampah. Hal itu, menurutnya tak akan terwujud hanya dalam satu hari. “Jadi kita harus konsisten. Pasti akan membutuhkan waktu dan effort yang tinggi. Dari hal-hal bersih-bersih ini, setidaknya bisa menginspirasi orang untuk tidak buang sampah sembarangan,” ujar Kak Abe.

Terkait dengan maraknya isu lingkungan ini, Cinta Laura mengaku sedari kecil sudah dibiasakan untuk tidak buang sampah sembarangan. “Ada alasannya jangan buang sampah sembarangan. Satu, merusak lingkungan. Kedua, menunjukkan kita enggak disiplin. Ketiga, menunjukkan kita tidak menghargai alam dan lingkungan yang sudah diberkan kepada kita,” jelas selebritas yang juga merupakan aktivis lingkungan itu. Ia kemudian memberikan contoh untuk selalu membawa botol minum sendiri dari rumah demi mengurangi sampah plastik. Hal sederhana lain untuk menjaga lingkungan, menurut Cinta Laura, yakni mematikan lampu atau AC jika tidak dipakai.

Selama melakukan aksi bersih-bersih, Cinta Laura melihat banyaknya sampah yang sudah tertanam cukup lama di dalam tanah di sekitar Monas. Sampah-sampah itu tidak terurai. Karena itulah, Cinta menyebut masyarakat kita sudah trash blindnes. “Jadi aku rasa masyarakat di Indonesia, apalagi di Ibu Kota, sudah mengalami trash blindnes atau buta sampah. Kita memilih untuk tidak menganggapi sampah-sampah yang ada di sekitar kita,” jelasnya.

Cinta menjelaskan sampah atau limbah yang tak dibuang dengan tepat mengeluarkan zat metan. “Jadi jangan kaget kalau beberapa minggu ini kita dinobatkan sebagai kota dengan polusi udara tertinggi,” tambahnya.

Bagi Cinta, menjaga lingkungan dengan bersih-bersih sampah merupakan usaha demi generasi mendatang. “Jangan sampai generasi kita menjadi generasi yang terakhir yang bisa menikmati alam. Aku takut suatu hari nanti saat aku punya anak, punya cucu, mereka tidak akan bisa melihat dunia seperti apa yang kita lihat sekarang. Dengan hutan yang lebat dan sumber-sumber air yang masih bersih,” tutupnya.


Eksplorasi konten lain dari Jurnal Kota - Komite Pewarta Independen (KoPI)

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan