Cuma 2 Bulan Menjabat Menteri ESDM, Bahlil Mau Bereskan Lifting Migas Anjlok

Cuma 2 Bulan Menjabat Menteri ESDM, Bahlil Mau Bereskan Lifting Migas Anjlok

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan bakal mengurus penurunan lifting minyak dan gas bumi (migas) dalam masa jabatannya yang hanya 2 bulan.

Bahlil mengatakan, sebagai arahan Presiden Jokowi dan presiden terpilih Prabowo Subianto, dia akan melanjutkan dan menyempurnakan pekerjaan rumah sektor ESDM yang sudah dijalankan Arifin Tasrif sebelumnya, terutama sektor hulu migas.

“Arahan Pak Jokowi dan Pak Prabowo menyangkut dengan strategi penyiapan untuk meningkatkan lifting minyak kita yang sekarang terus menerus turun,” ujarnya usai agenda Serah Terima Jabatan di kantor Kementerian ESDM, Senin (19/8).

Kemudian, Bahlil juga akan mengurusi ketergantungan impor gas yang akan ditekan dengan pengembangan hilirisasi industri LPG. Dia akan bekerja sama dengan SKK Migas dan PT Pertamina (Persero).

Seiring dengan hal tersebut, Bahlil memastikan akan memperbaiki regulasi yang menyangkut investasi hulu migas agar lebih menarik bagi perusahaan migas menggencarkan eksplorasi di dalam negeri.

“Apakah kita berikan sweetener atau apa agar kita kompetitif dengan negara lain karena kalau tidak kita akan tertinggal dengan negara-negara yang hari ini semuanya ingin melakukan eksplorasi,” tuturnya.

Terakhir, di sektor mineral dan batu bara (minerba), Bahlil juga ingin terus menjalankan hilirisasi minerba, serta di sektor ketenagalistrikan dia ingin mendorong energi baru terbarukan (EBT) dan proyek penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS).

Berdasarkan catatan media, sepuluh tahun Jokowi menjadi Presiden, ternyata tidak mampu mendongkrak lifting minyak dan gas (migas) Indonesia. Selama 1 dekade terakhir, lifting migas menunjukkan tren yang menurun.

Berdasarkan Buku II Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2025, kinerja lifting minyak menurun dari 794 ribu barel per hari (rbph) pada tahun 2014 menjadi 605 rbph pada tahun 2023.

Sementara, lifting gas walaupun menunjukkan penurunan dari 1.224 ribu barel setara minyak bumi per hari (rbsmph) pada tahun 2014 menjadi 1.000 rbsmph pada tahun 2023, masih relatif lebih baik dengan ditemukannya sumur-sumur gas baru selepas tahun 2020.

“Dalam periode tahun 2014 hingga 2023, lifting migas menunjukkan rata-rata penurunan sebesar 2,9 persen per tahun untuk minyak dan 2,1 persen/tahun untuk gas,” tulis buku tersebut, Kamis (16/8).

Masih dalam buku tersebut, sejak bulan Januari sampai dengan Juni 2024, performa lifting migas masih berada di bawah target dalam APBN 2024, yaitu lifting minyak baru mencapai 576,1 rbph dan lifting gas baru mencapai 950,7 ribu bsmph.

Berbagai kendala menyebabkan turunnya lifting migas. Penurunan alami dari sumur-sumur tua yang telah memasuki periode declined menjadi salah satu tantangan utama. Selain itu, unplanned shutdown di beberapa lapangan migas yang melanda sebagian kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di berbagai wilayah di Indonesia serta kendala teknis dan nonteknis lainnya juga berkontribusi terhadap penurunan produksi migas.

Tantangan lainnya adalah terbatasnya investasi hulu migas, yang saat ini masih didominasi oleh kegiatan produksi, pengembangan lapangan eksisting, dan administrasi, sedangkan aktivitas eksplorasi sumber migas baru masih minim.


Eksplorasi konten lain dari JURNAL KOTA - Komite Pewarta Independen (KoPI)

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan