Lampung – I Ketut Dharma Putra, alumnus Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila) angkatan 2014, meraih prestasi membanggakan dengan mendapatkan beasiswa bergengsi Chevening di Queen Mary University of London. Pencapaian ini menempatkan Dharma, yang akrab disapa Yoga, di kancah internasional sebagai salah satu pemuda inspiratif Indonesia.
Keberhasilan ini tidak datang secara instan. Kerja keras, dedikasi, dan ketekunan selama masa kuliah menjadi kunci utama yang membawa Yoga mencapai prestasi tersebut.
Selama menempuh pendidikan di Unila, Yoga dikenal aktif dalam berbagai organisasi dan kompetisi. Ia merupakan anggota English Society (Eso) dan Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH). Prestasi Yoga mencakup:
- Juara 2 Constitutional Moot Court Competition di Mahkamah Konstitusi
- Juara 3 Writing Competition Djarum Foundation
- Delegasi/Tim Terbaik Asia-Pacific Model United Nations Conference (AMUNC) di Sydney, Australia (Delegasi Djarum Foundation).
Yoga juga kerap menjadi delegasi dalam berbagai ajang Model United Nations di dunia, termasuk Harvard University di Boston dan Roma, Italia. Selain itu, ia adalah satu-satunya penerima Beasiswa Djarum Plus di angkatannya (500 mahasiswa), setelah memenangkan berbagai kompetisi seperti Writing Competition, Community Development, dan International Exposure.
Tidak hanya berfokus pada akademik, Yoga juga aktif dalam kegiatan sosial, khususnya pengembangan ekonomi masyarakat Lampung melalui budidaya sayuran hidroponik. Atas dedikasinya, ia mendapatkan apresiasi dari Djarum Foundation dan Satu Indonesia Awards by Astra International.
Karier dan Perjalanan Menuju Beasiswa Chevening
Setelah lulus S-1 pada 2018, Yoga memulai kariernya di sebuah firma hukum korporat di Jakarta. Ia menangani bidang seperti Foreign Direct Investment (FDI), merger & acquisition, shipping & maritime, serta sengketa bisnis. Setelah dua tahun, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S-2 di Inggris dan menargetkan Beasiswa Chevening, salah satu beasiswa bergengsi dengan tingkat penerimaan sekitar 2%.
Yoga berhasil lolos seleksi dan diterima di Queen Mary University of London, universitas yang terkenal unggul di bidang hukum, khususnya hukum pelayaran internasional.
Tantangan dan Adaptasi di Inggris
Di awal perkuliahannya, Yoga menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan sistem pendidikan Inggris, termasuk metode pembelajaran dan pemahaman sistem hukum yang berbeda. Namun, dengan semangat dan tekad yang kuat, ia berhasil menyesuaikan diri.
“Kuliah di London memberikan kesempatan luar biasa untuk memperluas jaringan, baik dengan sesama mahasiswa Indonesia maupun dari berbagai negara lain. Jaringan ini sangat penting untuk membuka peluang karier di dunia profesional,” tuturnya.
Yoga berharap kisahnya dapat menginspirasi mahasiswa Unila dan generasi muda lainnya untuk mengejar pendidikan tinggi, membangun jaringan global, dan terus berprestasi. “Be humble, be kind—you will go far in life,” pesan Yoga.