Perlu Segera Dibenahi: SISTEM DRAINASE KOTA BANDARLAMPUNG

Oleh: H. A. Darwin Ruslinur. SE, MM.

JIKA Kota Bandarlampung tidak ingin dijuluki sebagai KOTA BANJIR, langkah pertama yg harus segera diambil adalah pembenahan seluruh drainase. Karena, secara jujur harus berani kita katakan, bahwa sistem drainase di kota ini masih jauh dari optimal.

Kota Bandarlampung terdiri dari 126 Kelurahan, tersebar di 20 Kecamatan. Sekitar 14 Kecamatan diantaranya berpotensi banjir dimusim hujan meliputi Rajabasa, Labuhan Ratu, Tanjungsenang, Langkapura dan Kemiling.

Kemudian, kecamatan Kedamaian, Way Halim, Kedaton, Tangjungkarang Barat, Tanjungkarang Timur, Tanjungkarang Pusat, Telukbetung Utara, Telukbetung Timur, dan Panjang.
Penanganan banjir di Kota Bandarlampung, dari tahun ketahun belum menjadi skala prioritas, masih bersifat temporer. Boleh jadi, ini karena belum/ tidak adanya master plan drainase kota.

Padahal, master plan sangat diperlukan, mengingat secara topografi Kota Bandarlampung meliputi dataran pantai, perbukitan, dataran tinggi, dan Teluk Lampung.

Dengan kondisi demikian, seyogyanya sistem drainase-pun tidak boleh dibuat secara sembrono, tetapi harus betul-betul sesuai dengan kondisi lingkungan. Artinya, mudah menyesuaikan dengan perubahan, baik perubahan urabanisasi, tataguna lahan, dan iklim.

Peran Masyarakat

Tak kalah penting dalam perangi banjir di Kota Bandarlampung adalah pran serta masyarakat. Kesadaran akan arti pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, dinilai masih sangat rendah dan perlu terus ditingkatkan sejak usia sekolah.

Begitu pula Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Bandarlampung yang bertanggungjawab terhadap kebersihan, dan pertamanan di kota ini. Karena dua aspek ini sangat berkaitan erat dengan banjir.

Tata kelola sampah di Bandarlampung, misalnya, masih menjadi sorotan banyak pihak. Bahkan, saking buruknya tata kelola sampah, hingga terjadi penyegelan TPA (Tempat Pembungan Akhir) sampah Bakung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan belum lama ini.

Hampir setiap sudut kota, tampak sampah berserakan dipinggir jalan. Kondisi ini-pun dipastikan akan sulit di atasi bila jumlah armada kebersihan, container sampah, termasuk sumber daya manusianya/pasukan kuning tidak ditambah.

Sa’atnyalah Walikota Bandarlampung, Ibu Eva Dwiana berbenah untuk mencegah banjir dan kesemrautan sampah di Kota Bandarlampung. Setidaknya, di priode terakhir ini (priode 2025 – 2030) diniatkan untuk membuat legacy baik yang akan terus dikenang.

Sampah-sampah yg tercecer dibersihkan oleh tenaga-tenaga terampil yg setiap bulan diberikan salary (gaji) memadai, diutamakan pada person yg memang cinta kebersihan. Jangan seperti tenaga-tenaga kebersihan yg ada sekarang.

Kini banyak oknum tenaga kebersihan yang giat angkut sampah bila di sumpel upeti. Sampah rumah tangga yg sedikit volumenya berlebih (agak banyak dari berhajat), pasti tidak bakal di angkat ke truk sampah/motor Tosa, bila tidak dibayar. Oknum-oknum itu berani ngotot bila upetinya sedikit.

Padahal, sampah-sampah dilingkungan perumahan berbayar yg masing-masing di koordinir oleh para Ketua RT. Hal demikian harus menjadi perhatian Ibu Walikota. Terkecuali, sampah-sampah liar yg numpuk dan berserakan di sejumlah ruas jalan.

Seperti di Jl. M. Nur I Sepang Jaya, Kec. Labuhan Ratu, tepatnya disamping Kediaman Rumah Rektor UBL Prof. Yusuf Barusman.
Pamong Lingkungan II Sepangjaya, dengan berbagai upaya melakukan upaya pencegahan agar masyarakat yg tidak jelas berasal darimana, se-enaknya buang sampah di ruas jalan tsb. Tetapi upaya itu sia-sia dan sampah-sampah terus menumpuk.

Bila perlu Ibu Walikota sesekali sidak pada sore atau pagi hari ke lokasi. Bisa saksikan sendiri betapa kotor, bahkan timbulkan aroma tak sedap. Solusinya, Pemkot harus siapkan Cohntainer sampah, ditaruh di tepi Jl. Sultan Agung, kemudian diangkut oleh armada sampah. Ini cara. terbaik, sekaligus mencegah terjadinya keributan antara warga lingkungan setempat dan warga pembuang sampah yg tidak jelas berasal darimana.

Selain itu, Pemkot juga hendaknya segera meng-evaluasi para sopir pengemudi angkutan sampah yg bermental korup. Seperti pengemudi yg mengangkut sampah di Perum Jayapura Indah. Masyarakat/warga memahami, ketika volume sampah rumah tangga berlebih dari biasanya, pastilah dibantu sewajarnya.

“Kami ngerti kok Pak. Kalau sampah berlebih dari biasanya karena ada tambahan potongan-potongan ranting dahan/bunga-bunga, pastilah kami kasih tambahan. Tapi sopir sampah itu kadang rewel dan nolak angkut sampah karena uang tambahannya kecil”, ucap salah seorang warga yg minta tidak ditulis namanya.

Harapan warga Kota Bandarlampung kepada Walikota Bandarlampung Ibu Hj. Eva Dwiana, hendaknya berkenan memprioritaskan perbaikan sistem drainase di kota ini agar tidak selalu menimbulkan ke-khawatiran warga ketika turun hujan lebat. Semoga…

 

Tinggalkan Balasan