Beda dengan Erick Thohir, Airlangga Nilai Tak Bijak BUMN Borong Dolar ASMenko Perekonomian Airlangga Hartarto usai ratas membahas situasi terkini Iran-Israel, Selasa (16/4/2024) Foto: Ist

Melemahnya rupiah terhadap dolar AS membuat pemerintah kewalahan. Sebab banyak transaksi menggunakan mata uang Paman Sam, termasuk bisnis dan utang di BUMN.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada Kamis (18/4), melemah 41 poin atau 0,25 persen di level Rp 16.179 per USD.

Karena itu, Menteri BUMN Erick Thohir meminta BUMN melakukan langkah cepat dalam meminimalisasi dampak global melalui peninjauan ulang ulang biaya operasional belanja modal, utang yang akan jatuh tempo, rencana aksi korporasi, serta melakukan uji stres.

Dia juga meminta BUMN perbankan menjaga secara proporsional porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas rupiah, suku bunga, dan harga minyak. Dia juga minta BUMN memborong dolar AS dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat.

“BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) yang besar seperti Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID, agar mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam jumlah besar dalam waktu singkat,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (18/4).

Dia juga minta BUMN melakukan kajian sensitivitas terhadap pembayaran pokok dan atau bunga utang dalam dolar yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat.

Airlangga Nilai Tak Tepat

Tapi Menko Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, punya pandangan lain. Dia menilai tidak bijaksana kalau membeli dolar AS saat nilai tukar rupiah sedang melemah.

Pernyataan Airlangga tersebut untuk menanggapi keterangan tertulis dari Menteri BUMN Erick Thohir yang meminta BUMN untuk membeli dolar AS dalam jumlah besar dan singkat.

“Kalau situasi dolar lagi menguat tentu tidak bijaksana untuk beli dolar di harga tinggi. Tentu kita perlu meredam kebutuhan terhadap dolar,” kata Airlangga dalam konferensi pers di kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (18/4).

Untuk itu, Airlangga meminta kementerian dan lembaga (K/L) untuk menahan impor konsumtif di tengah pelemahan rupiah. “Kita meminta kalau impor konsumtif ya ditahan-tahan dulu dalam situasi seperti ini,” ungkap Airlangga.

Airlangga mengungkapkan pemerintah memiliki cara untuk memperkuat fundamental rupiah, salah satunya melalui aturan devisa hasil ekspor (DHE). Adapun, cadangan devisa yang kuat dan stabil bisa menjaga dan memperkuat posisi nilai tukar rupiah terhadap USD.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menilai pembelian barang boleh dilakukan jika memang diperlukan. “Tetapi kalau sifatnya konsumtif ya seperti yang disampaikan Pak Menko tadi itu tadi kita tahan dulu,” tegas Suahasil.

Suahasil mengimbau para eksportir untuk menyimpan DHE dalam bentuk valuta asing (valas) di dalam negeri. Khususnya eksportir di sektor ekstraktif seperti pertanian dan perkebunan.

“Devisa hasil ekspor kita terutama beberapa sektor yang ekstraktif, sektor pertanian perkebunan itu dibawa kembali pulang ke Indonesia untuk periode waktu tertentu. Kalau dia pulang itu akan memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia,” tambahnya.

By Redaksi

Tinggalkan Balasan